Dariku, Pengagummu yang Pengecut

2:01 PM Niluh Ayu Mutiara Ariyanti 0 Comments


Dariku, PengagumMu yang pengecut
Written by : Niluh Ayu mutiara ariyanti
Teruntuk kamu, orang yang selalu aku kagumi.
Aku yang diam-diam mengagumi kamu, menyukai setiap tingkah lakumu. Aku terkadang nakal, berusaha mencuri pandang ke luar kelas, berharap bisa bertemu dan bertatap mata denganmu. Walaupun aku tau apabila hal yang aku nanti itu terjadi, maka dengan segera saraf otakku reflek memerintahkan untuk memalingkan pandanganku, dan setelah itu tentu saja -aku “menyesal”.
Entahlah hal bodoh apa lagi yang dapat aku lakukan? Setiap waktu, bola mataku tak pernah henti menyisir setiap bagian sekolah, berharap jangkauan mataku bisa melihat kamu. Aku selalu tersipu malu, jantungku berdebar seolah memainkan iramannya sendiri. Setiap aliran darah di tubuhku seakan mengalir lebih deras, padahal aku tau bahwa kamu sama sekali tidak melihat aku, tak pernah.
Aku ingat saat kamu berlari, kamu tergesa-gesa dan berhenti didepanku. Kamu yang saat itu sedikit ngos-ngosan lalu bertanya kepadaku.
“Kelas bahasa German udah mulai belum yah?” keringat dipipimu sama sekali tak menghlangi indahnya pancaran cahaya yang selalu membelenggu wajahmu.
Dengan wajah polosku, aku jawab pertanyaannya tanpa ekspresi. Seolah-olah waktu berhenti, jantungkupun ikut berhenti. Wajahku terpaku… putih, dingin, berkeringat. Bibirku membeku seolah tak dapat berkata-kata saat itu. Lidahku kaku!
“Hei, kok malah melamun?” suara lembutmu membuyarkan lamunan sesaatku.
“I-iya, tadi baru aja. Gurunya masuk, di-di sana” jawabku tebata-bata, masih terpesona oleh dirimu.
“Thank’s yah!” kamu lalu tersenyum dan berlari meninggalkan aku.
Kejadian kecil itu cukup membuatku senang seharian.
Orang yang mengagumi diam-diam selalu bahagia saat bisa berbicara dengan orang yang dikaguminnya, walaupun itu hanya pembicaraan singkat dan tak penting bagi sang idola.
Cukup lama aku menyimpan perasaan ini. Aku tau, semua anganku, impianku, harapanku tentang kisah-kisah indah yang selalu bermuara memenuhi pikiranku mengenai aku dan kamu merupakan hal bodoh yang mustahil, tak bakal bisa terjadi. Namun inilah aku. Aku bahagia dengan sejuta imajinasiku, tentang kamu.
Papan besar itu terus saja mengoceh ke arahku. Rasanya malas sekali memandanginya yang penuh dengan tulisan berkapur lama-lama. Sesekali aku melihat jam di tangan kananku, berharap waktu cepat berlalu. Iseng, ku tatap kaca pada dinding hijau muda di kelasku. Di balik kaca berdebu, kulihat beberapa murid sedang berlalu. “Kamu!itu kamu!” aku menjerit dalam hati. Secara tak sadar bibirku lalu tersenyum malu, mulai lagi hal bodoh ini aku lakukan setiap kali melihat kamu. Senyuman itu seketika mengalihkan kebosanan dan kejenuhanku. Kamu yang sedang bercanda bersama rekan-rekan sebayamu nampak begitu manis.
Orang yang mengagumi diam-diam selalu senang saat bisa menatap orang yang dikaguminnya, walaupun ia tau bahwa dirinya tak pernah ‘nampak’ di mata sang idola. Aku senang menatap tawa itu, walaupun aku tau itu bukan untukku.
Aku diam-diam terus memandanginnya, mengikuti langkahnya dari balik kaca. Lalu seorang cewek berambut panjang datang. Ia menepuk bahumu dari belakang, merangkulmu dan berjalan tepat di sampingmu. Kalian lalu saling tersenyum. “Ah! Membuat jealous saja!” Aku benci melihat kamu dengan dia! Aku cemburu! walaupun tau, aku sama sekali tak mempunyai hak atas hal itu.
Orang yang mengagumi diam-diam selalu ingin mencari tau segala informasi tentang orang yang dikaguminnya, walaupun itu hal sekecil apapun.
Aku tau, aku tau persis siapa cewek di sampingmu itu. Dia pacarmu, cukup lama hubungan kalian telah berjalan. Aku juga tau siapa saja cewek lain yang sedang mengagumimu seperti aku saat ini, namun mereka berbeda, mereka jauh lebih berani untuk memberitahu orang lain tentang perasaan kagum mereka, tidak seperti aku yang hanya bisa mengagumi diam-diam.
Mengagumi diam-diam seperti berlayar dalam badai tanpa layar. Kita tidak tau, kemana arahnya kita pergi, maksudnnya kita gak tau apakah kapal itu akan sampai pada tempat yang kita tuju atau hanya terombang-ambing di samudera, kita hanya bisa menunggu diam di atas kapal. Yah sama seperti aku, seperti perasaanku kepadamu. Aku hanya bisa menunggu, tanpa kepastian, tanpa dirimu tau. Aku hanya bisa menanti. Aku sadar bahwa diriku memang pengecut. Entahlah, sampai kapan hal ini terjadi? Sampai kapan aku hanya terus bisa mengagumimu seperti ini? Sampai kapan aku memendam semua yang aku rasa? Apakah suatu saat nanti keberanian yang selama ini selalu terkubur dan tertutup rapat dalam dihatiku akan muncul? Ah, entahlah. Aku hanya bisa diam dalam bisu, menunggu waktu berjalan tanpa tau harus berbuat apa. Tapi satu yang aku tau, aku tak pernah menyesal untuk menjadi orang yang mengagumimu diam-diam.

Love me, Pengagummu yang pengecut.

You Might Also Like

0 comments: