Cinta dari Pria yang Tak Akan Pernah Meninggalkan

12:09 AM Niluh Ayu Mutiara Ariyanti 0 Comments


Dia masih bersedih. Dia bahkan tak sadar, air mata itu menetes diantara lekukan pipinya. 
Dengan lembut ayah mengusap rambut anak kesayangannya itu, "Nak, kamu sayang sekali sama lelaki itu?"
"Iya ayah..." Sambil berusaha tegar dan mengusap air mata yang tak seharusnya diberikan untuk pria yang belum tentu jodohnya.
"Kamu kangen dia saat ini Nak?" Dengan suara penuh kasih, ayah berusaha memahami anak gadisnya.
"Iya.. ayah" Kali ini bibirnya bergetar. Mungkin rasa sakit hati itu kian mencuat keluar.
"Mau ayah telponkan?"
"Untuk apa ayah?" Gadis itu sedikit kaget.
"Biar kamu cepat sembuh Nak. Ayah sedih lihat kamu sakit begini. Kamu jangan sakit seperti ini sayang. Jangan gara-gara pikirkan dia kamu jd sakit sekarang. Kesehatanmu lebih berharga nak"
"Ayah... " Gadis itu terharu. Bagaimana mungkin dia bisa lupa dengan pria hebat yang penuh kasih didepannya. Selama ini dia hanya menghabiskan waktu dan pikirannya untuk pria lain yang justru menyakitinya. Dia lupa dengan sosok pria sejati yang akan selalu menjaganya dan tidak pernah berniat untuk menyakiti; ayahnya.
"Nak, kalau mau dibilang pria itu sayang, ayah jauh lebih sayang kamu. Kalau mau dibilang pria itu cinta, ayah jauh lebih cinta kamu. Tapi cinta ayah tidak seperti dia. Cinta ayah tidak akan pernah pudar. Ayah tidak akan pernah mengecewakanmu. Jangan bersedih sayang" Sambil mengusap rambut anak gadisnya, sang ayah berucap dengan penuh kehati-hatian. Beliau tak ingin anak gadis yang kini mulai beranjak dewasa semakin tersakiti.
Gadis itu kini menghambur tangisnya, memeluk ayahnya, dan tersadar setidaknya ada seorang pria di dunia ini yang akan terus mencintainya tanpa pernah berpikir untuk menyakiti apalagi meninggalkan.
***
Jika kamu bersedih karena patah hati, sejujurnya ayahmu jauh lebih bersedih daripada yang kau rasa.
Setiap anak gadis menginginkan pendamping hidup yang mirip dengan ayahnya. Walaupun itu hampir mustahil menjadi kenyataan.

0 comments:

Kepada Hujan

11:46 PM Niluh Ayu Mutiara Ariyanti 0 Comments

Hujan, terima kasih telah menemani malamku kali ini. Suara rintik air diluar sana mengantarkan detik demi detik waktuku yang berlalu. Berlalu sendirian.
Hujan, aku ingin bercerita padamu. Sudah sangat lama aku mengabaikanmu, padahal dulu aku bisa sangat mendengarkan dan memperhatikan kehadiranmu dengan syahdu. Memeluk guling, memejamkan mata, namun tetap terjaga. Apa mungkin akhir-akhir ini aku terlalu sibuk? Ah, tidak, mungkin lebih tepatnya terlalu menyibukkan diri. Begitukah?

Hujan, ajarkan aku untuk selalu ikhlas sepertimu. Ajarkan aku untuk tetap tabah sepertimu. Tak pernah bertanya mengapa, tak menyalahkan siapa-siapa ketika dirimu terhempas jatuh dari langit yang tinggi dan mendarat di tanah yang kotor. Bahkan kamu tetap menjadikan dirimu berharga, walau tak lagi ada di langit nan jauh diatas sana. Dirimu meresap, berjalan menembus tanah-tanah itu, berguna bagi tumbuhan yang kehausan.
Maafkan aku. Jika sudah sangat lama aku tak memperhatikan bagaimana kondisi kesehatanku sendiri. Maafkan aku yang tidak terlalu sayang dengan tubuhku ini. Maafkan aku yang selalu ingin banyak hal. Maafkan aku. Maafkan aku.
Hujan, ajarkan aku. Ingatkan aku, bahwa kita hidup tak pernah selalu diatas. Tak akan abadi berada di langit, namun sesekali akan jatuh juga jika memang roda kehidupan memang sudah saatnya harus berputar. Bersyukur maka nikmat itu akan bertambah. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?

0 comments: