DI ATAS PERBEDAAN KITA MENGUKIR CINTA BERDUA

9:46 PM Niluh Ayu Mutiara Ariyanti 0 Comments

DI ATAS PERBEDAAN KITA MENGUKIR CINTA BERDUA
Karya : Niluh Ayu Mutiara Ariyanti
(Cerita Fiksi, Bukan Dari Kehidupan Nyata)

Bagaimana mungkin kamu bisa mengatasnamakan cinta dan meletakkannya di atas perbedaan kita yang sangat mendasar dan sama sekali tidak dapat di tolelir? Dan bagaimana pula aku dapat menerima sinyal-sinyal itu dan melambungkannya di antara iman kita yang berbeda? Sesungguhnya aku benar-benar tidak mengerti. Saat perbedaan justru yang membuat kita lebih memahami arti saling mengerti dan menyayangi. Saat perbedaan kepercayaan yang menjadikan kita lebih memilih berjalan berdua di atas karpet merah berlambangkan hati yang menyatu.
Aku tidak ingin jatuh terlalu jauh. Sama sekali tak boleh. Apalagi bersamamu, tentu saja. Aku rasa kamupun berpikir hal demikian. Namun apa daya saat rasa itu menarik kita kian mendekat?   Semakin erat hingga terasa tubuh ini terborgol tak bergerak.
Aku harus mulai melangkahkan kaki tuk menjauh pergi. Walau setiap inchi yang kulalui terasa begitu perih. Walau setiap detik yang kuulur terlihat begitu sadis. Lalu rasa bahagia semu yang kucipta kini mulai terlihat memilukan. Aku merasakan kosong dan kering kerontong. Aku tak dapat merasakan semut-semut kecil yang nakal menggelitik dan menyengati tubuhku seperti saat kita masih saling tatap dan menyapa. Apa ini? Kenapa rasanya seperti ini? Menyedihkan sekali! 
Antara pikiran dan hatiku kini semakin tak dapat kusamakan. Otak ini berkata, jangan! namun hatiku menjerit-jerit minta diiyakan. Mereka berbeda! Pola pikir dan perasaan yang tercipta begitu saja tak mau melebur bersama-sama. Mereka membingungkan! Padahal sama-sama ada dan terletak didalam tubuh yang sama pula. Lalu bagaimana aku satukan mereka yang jelas-jelas berbeda? Yah, nampaknya hati dan pikiranku sendiri justru jauh lebih egois dibandingkan kita yang walau berbeda namun masih lebih mudah tuk menemui titik temu. Saat indahnya perbedaan dapat dengan mudah dijadikan satu dan lalu semua melebur bersama-sama.
Hidupkan saja semua mimpi yang telah terangkai. Saat kita sibuk wujudkan mereka, waktu juga sedang sibuk berlari tuk habiskan massa nya. Terus saja seperti ini, aku mohon. Sampai dimana nanti Dia yang kita sebut sebagai Tuhan kan izinkan semua terjadi, dan sampai nanti semua harus ditakdirkan tuk berhenti.
Lemah gemulai angin bermain anak-anak rambut kita. Pelan, berkas-berkas cahaya matahari menyusup diantaranya.  Kita masih berpijak bersama, memandang ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, menikmati sisa waktu yang entah kita berduapun tak tau sampai kapan ini kan berlalu. Empat mata saja, saling beradu pandang. Tak berucap. Namun tersirat jelas bahwa kita tak ingin ini berakhir. Lalu dalam diam kita berbicara bersama ”Di atas perbedaan kita mengukir cinta berdua”.

-TAMAT-

0 comments: