SEMU, PALSU, BEKU

8:12 PM Niluh Ayu Mutiara Ariyanti 0 Comments


NILUH AYU MUTIARA ARIYANTI
17 February 2014

Hallo yang di sana. Kamu bukan manekin kan? Yang gak punya hati dan gak berperasaan. Apalagi untuk dikatakan sama dengan cadaver, jelas beda karena kamu bernyawa. Tapi kok gak pernah peka? Mau kode ini itu kok rasanya sama aja? Atau mungkin karena jalan pikiran kita yang berbeda? Apa karena kamu yang terlalu brilian? Tak pernah sempat atau sudi untuk sekedar menyempatkan waktu melihat sekitar karena sudah disibukkan dengan segala macam buku pelajaran?
Tapi bisakah aku meminjam sedikit kejeniusan yang kamu punya? Sedikit saja, sebab ada yang tidak aku paham. Jelaskan aku, jelaskan saja secara sederhana mengapa kamu selalu hadir dalam mimpiku? Sekali dua kali mungkin masih bisa aku mengerti. Tetapi ini? Entah sudah yang keberapa kali hal yang sama terjadi. Padahal tidak, aku tidak sedang memikirkanmu menjelang tidur. Tidak seperti itu.
Mengapa alam bawah sadarku memaksaku memikirkan tentangmu? Padahal aku tidak mau, karena aku sedang menjaga sesuatu yang sudah seharusnya aku jaga semampuku. Kamu tau apa itu? Aku sedang menjaga hatiku. Iya, menjaga hatiku agar tidak tersakiti lagi. Membiarkan luka lama pelan-pelan terobati sendiri. Bukan justru semakin melebar dan tak kunjung sembuh seperti ini. Sadar atau tidak, selama ini caramu yang selalu acuh dan memilih bungkam pelan-pelan berhasil menyayat hatiku. Perih sekali. Kamu tidak tau kan?
Kamu kok tega ya. Membiarkan aku merasakan kebahagiaan semu, jatuh cinta yang ternyata palsu, tersesat dalam hati yang beku. Atau mungkin ini justru kesalahanku? Yang sudi menunggu dan meraba-raba segala hal abu-abu, berharap yang seperti ini hanya sementara karena pelangi sedang menunggu diakhir segalanya?
Terkadang kekuatan sebuah harapan itu besarnya luar biasa. Tetapi sayangnya kenyataan yang ada didepan mata seringkali menampar lebih dahulu, sangat keras hingga tak lagi sempat berharap yang lainnya. Jelaslah sekarang, aku seperti itu. Tak ingin lagi berangan-angan. Tak ingin lagi tersakiti lebih dalam. Tak ingin lagi tenggelam dalam sejuta harapan yang berakhir menyedihkan, menyesatkan, menyakitkan, dan tidak sesuai dengan kenyataan. Maka inilah aku, yang lebih berhati-hati dalam menjatuhkan hati, yang tidak ingin gegabah dalam mencintai, yang akan selalu menjaga hati, agar tidak lagi tersakiti.

0 comments: