Labyrinth Man

10:31 PM Niluh Ayu Mutiara Ariyanti 0 Comments

Seorang lelaki labirin. Memiliki banyak rahasia yang tak nampak di mata banyak orang. Bagi kami dia mungkin biasa saja, layaknya orang lain pada umumnya. Bagi kami, dia tidak terlihat memiliki sesuatu yang berbeda. Namun mengenalnya lebih dalam membuatku sedikit kebingungan.

Satu demi satu kutelusuri setiap lorong labirin yang berliku. Dia mengizinkanku bermain di dalamnya, sesekali memberi petunjuk. Semakin jelas suatu petunjuk, justru membuatku semakin bimbang. Aku sampai di sebuah pintu yang besar dan tinggi,  sekitar tiga kali dari tinggi badanku. Dia lalu datang lagi ketika aku memanggilnya, hanya ketika aku memanggilnya.

Setelah perdebatan panjang, aku berhasil membuatnya memberikanku kunci pertama, kunci untuk memasuki pintu yang besar dan kokoh itu. Perlahan dengan penuh ketidakyakinan, aku langkahkan kakiku ke dalamnya, tentu bersama bisik-bisik suaranya yang menguatkan. Sebuah tempat yang asing, sebuah ruangan yang aneh, membuat tanda tanya semakin banyak memenuhi pikiranku. Aku tidak terbiasa di tempat seperti ini. Tetapi aku harus menyelesaikan apa yang sudah kumulai sebelumnya. Aku lantas membiasakan diri di sana, walau ini terasa benar-benar berbeda.

Berputar-putar mengitari lorong labirin yang panjang. Aku merasa lelah. Setelah satu pintu terbuka, pintu lainnya nyatanya telah menunggu di seberang sana. Seperti itu, terus seperti itu. Walau dia ulurkan tangannya untuk membantu, namun seperti ada dinding besar yang selalu menghalangi. Semakin ingin dia membantu, semakin sulit aku meraihnya. Pada akhirnya aku yang harus berjuang lebih keras.

Sesekali aku pandangi wajahku yang mulai lelah bermain diantara dinding-dinding labirin yang kokoh dan dilapisi cermin. Mengapa aku mau berlari hingga sejauh ini? Mengapa aku mau memasuki labirin yang bahkan aku tak yakin memiliki ujung? Aku coba menanyakan hati ini, tapi dia tak tahu. Ku coba tanyai otak ini, namun dia hanya tertawa. Aku masih tersesat di dalam labirinnya. Aku masih berusaha membuka satu per satu pintu rahasia. Walaupun aku tak tahu berapa banyak lagi pintu yang masih harus ku ketuk agar mau menerima kehadiranku di dalamnya.

0 comments: