KARENA MENUNGGU ADALAH KEAHLIANKU

9:15 AM Niluh Ayu Mutiara Ariyanti 0 Comments

Hatiku selalu bahagia saat aku mampu berada didekatmu. Aroma parfum yang selalu setia menciumi setiap inchi tubuhmu bahkan masih mampu aku rasakan. Setiap cerita dan kisah yang terlewati masih mampu aku lihat dengan jelas dalam memory pikiranku. Otakku masih mampu mengingat kalimat demi kalimat istimewa dari kamu. Setiap sudut sekolah memang tetap saja membisu. Ah tapi sejujurnya membisu dalam kesaksian cinta masa SMA yang pernah kita rajut bersama. Kamu dengan segala tingkah aneh dapat aku terima. Aku tak mampu membohongi diriku tentang perasaan ini. Jangan tatap mataku! Jangan! Tatapanmu terlalu dalam, aku tak mampu. Aku tak pernah berbohong atas apapun, setidaknya semua itu terpancar dari jendela hati ini bukan? Aku selalu mengingat saat kamu masih di sini. Kelas dan tingkatan kita memang berbeda. Aku bahkan tak pernah menyangka bisa mendapatkan orang seperti kamu. Terpaut  tiga tahun memang cukup jauh, walau tak sejauh jarak Surabaya-Jayapura seperti yang sedang kita hadapi sekarang.
Awalnya memang berat, berat sekali melepaskan kamu pergi demi kelulusanmu, demi masa depanmu. Kali ini aku tak mau egois. Karena memang tak seharusnya seperti itu. Aku belajar banyak dari kamu. Walaupun waktu mempertemukan kita hanya sebentar, namun bukan sekejap. Aku ingin menjadi dewasa, bukan lagi gadis cengeng yang tak mau melepaskan seseorang pergi seperti “dulu”, walaupun aku belum mampu untuk benar-benar menjadi seperti itu, setidaknya aku sedang berusaha. Lantas aku ingin di saat kita bertemu nanti kamu bisa melihat aku menjadi sosok yang lain. Aku tak ingin merubah diriku menjadi orang lain, hanya sikapku saja. Aku ingin lebih dewasa, semoga bisa.
Tanggal 21 April kamu pergi bukan? Yah, aku ingat tanggalnya. Aku masih ingat detail kenangan berharga itu. Malam sebelum kepergianmu kita duduk bersama di lapangan basket. Hanya beratapkan langit hitam yang bertabur ribuan bintang. Malam itu, bintang memang benar-benar indah dan cerah. Aku memang suka melihat bintang, sungguh. Ternyata kamu demikian. Bintang adalah benda angkasa yang paling aku gemari ketimbang teman-temanya, matahari dan bulan. Kamu menemaniku, disela-sela waktu bimbel malam yang menyebalkan. Udara dingin membuatku mengantuk dan beberapa kali menguap. Dia masuk menembus kulit tipisku. Namun aku tak mau terjatuh dalam mimpi serta melewati malam ini. Setidaknya aku tak sedang bermimpi duduk melihat bintang bersama orang yang aku sayang bukan?
Tuhan jangan percepat waktu kami. Malam ini, aku ingin waktu terus berhenti, jangan bergerak! Jangan merangkak pasti! Aku tak ingin menunggu esok pagi tiba. Esok pagi saat dirimu telah pergi dari SMA. Esok pagi saat aku temui kosong dan hampa pada setiap sudut sekolah. Aku tidak mau! walau aku tetap harus menurut.
Kali ini tidak lagi. Tidak apa, aku harus pahami kondisinya saat ini. Ya Tuhan aku hanya berharap. Secerca harapan yang lebih dewasa. Bukan waktu yang akan berhenti, teruslah ia berjalan  bersama dengan egonya. Biarkan waktu tetap berputar pada porosnya seperti bumi berputar mengelilingi matahari selama 365 hari.
Suatu saat nanti kita tetap akan bertemu bukan? Aku percaya. Semua akan indah pada waktunya. Kita sebagai makhluk kecil yang diciptakan Tuhan hanya mampu menunggu dalam sabar, diam merejam dalam gelisah keegoisan penantian. Karena Tuhan tau yang terbaik bagi umatnya. Karena Allah memiliki rencana yang lain untuk kita. Bahkan walaupun kita hanya dipertemukan dalam waktu yang singkat dan lalu kembali dipisahkan. Akan ada cerita baru yang lebih indah. Kita hanya butuh bersabar. Seperti katamu, “Karena menunggu adalah keahlianku”.

You Might Also Like

0 comments: