Kau lupakan semua yang telah kita lakukan bersama. Tiba-tiba saja kau menjauh, benar-benar tak ingin berucap apapun kepadaku. Entahlah mengapa kamu membuatku bimbang seperti ini. Semua terjadi begitu cepat hingga aku merasa tak ada waktu untuk mencari jawaban. Aku tersesat di dalam hati yang bimbang. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan untuk membayar suatu kesalahan yang aku sendiri tak tau apa yang salah. Ku coba bertanya, namun engkau mengabaikannya. Sakit rasanya tak dia anggap seperti itu. Sakit rasanya ketika dirimu laksana ingin menjauhiku dan tak ingin lagi berteman dan merajut kembali tali persahabatan seperti yang kita lakukan dulu.

Semakin hari kita tumbuh semakin besar dan sikap serta jalan pikiran kita kian bertambah dewasa. Namun saat masing-masing dari kita telah bersikap seperti orang tua serta mampu menentukan jalan yang benar dan yang salah, apakah semua kenangan serta cerita kanak-kanak dahulu harus turut di tinggalkan seiring bertmbahnya umur? Apakah aku hanya pantas menjadi teman masa lalu, teman kecilmu di masa saat permen dan lolipop menjadi kesukaan kita? Sekarang semua rasanya aneh. Pikiran dan logikaku tak mau dan tak mampu menerima perubahan sikapmu yang seperti itu. Aku ingin engkau berkata, berucap, dan jelaskan semuanya. Tidak seperti ini. Rasanya hati ini teriris sangat perih bahkan lebih perih jika di bandingkan di saat aku merasakan putus cinta. Ini semua karena aku menyayangimu sebagai sahabatku. Aku harap kamu masih mengingat janji kita dulu untuk menjadi “TEMAN SELAMANYA”.