Putih Abu-Abu Kini Tinggal Cerita #PartTwo
Hallo readers, ini sebenarnya bukan lanjutan dari Putih Abu-Abu Kini Tinggal Cerita #PartOne tapi karena masih mengenai kisah di masa SMA so aku gabungin aja sebagai lanjutan dari Putih Abu-ABu #PartOne tadi. Selamat membaca :)
_________________________________________________
TENTANG KISAH SMA KITA YANG TAK LAGI
LAMA
Written By : Niluh Ayu Mutiara Ariyanti
Kita tau berapa lama lagi waktu yang
disediakan Tuhan untuk kita habiskan bersama-sama, tak lagi lama. Kita juga tau
bahwa semua akan segera berakhir dan menemukan ujungnya, perpisahan. Kita masih
melewati jalan kenangan, jalan yang sama setiap harinya. Kita masih bersenda
gurau di sepanjang tanah merah yang kita pijak. Kita masih memakai seragam masa
kejayaan para remaja, putih abu-abu. Kadang kala kita masih bertingkah seperti
anak kecil, benar saja, walaupun tak selamanya seperti itu. Terkadang terjalin pula konflik kecil di
antara kita, namun dengan besar hati kita saling meminta maaf dan memaafkan.
Memang sedikit tak adil rasanya
ketika Tuhan hanya memberikan waktu yang sedikit bagi kita, yaitu hanya dua
tahun saja, tidak seperti teman-teman yang lainnya. Tetapi dari situlah semua
terasa lebih bermakna.
Aku paham betul rasanya kawan,
bagaimana kejenuhan kita berpacaran dengan buku-buku tebal setiap harinya. Aku
mengerti bagaimana rasanya ngantuk di dalam kelas hingga kelopak mata terasa
begitu berat akibat begadang belajar hingga tengah malam. Aku juga mengerti
rasanya mengoceh malas saat diberikan begitu banyak tugas. Aku lebih mengerti
lagi saat kita sulit menyamakan antara kemauan dan keharusan, antara harus
belajar sementara rasanya enggan sekali melakukan.
Belajar memang kewajiban kita, karena
di waktu yang jauh ‘lebih sedikit’ ini, waktu seolah meminta kita lebih cermat
mempergunakannya. Tetapi bukan berarti aku bosan dan tak bersyukur dengan
siklus hidup yang telah digariskan.
Di sela-sela moving class, atau di
saat guru sedang keluar sebentar, candaan kalian lalu terlontar begitu saja.
Ribut, ocehan ceplas-ceplos Anak Baru Gede yang sok tau banget, jahil menggoda
teman, seolah menjadi obat mujarab yang seketika mampu menghilangkan stress
dari pikiran kita. Aku harap kalian paham bahwa aku selalu bahagia saat bersama
kalian dan aku bersyukur memiliki kalian sebagai teman dan sahabatku di sini.
Banyak cinta yang lalu tumbuh dan
bermekaran. Ah dasar anak remaja, pasti saja ada tentang kisah asmara. Aku
selalu teringat saat kamu bercerita bahagia kepadaku tentang pacar kesayanganmu
itu, dan lalu … kamu juga tak henti-hentinya mengomel karena sedang kesal
kepadanya. Benar-benar masih labil.
Aku mendesah begitu dalam, seketika.
Rasanya enggan sekali menghitung mundur, tetapi tetap kulakukan, pasti.
Setidaknya agar kita tau bahwa kita telah melewati satu hari lagi bersama-sama.
Bahwa telah bertambah kebahagian yang kita ciptakan di sini dalam hari-hari
yang terpintal semakin erat.
Hingga nanti telah tiba saatnya semua
buku pelajaran tingkat Sekolah Mengengah Atas kita tutup, seragam putih abu-abu
mulai dilipat rapi dan tak lagi dipakai, sepatu hitam yang selalu disemir mulai
ditinggalkan, dan tak ada lagi kita yang selalu ramai dengan tawa dan cerita.
Setiap kisah yang telah mengabu lalu
tertiup angin. Mereka terbang, tersebar di setiap bagian sekolah. Ada
kisah-kisah sederhana yang selalu menyenangkan untuk dikenang. Ada tempat
bersejarah yang selalu senang untuk dikunjungi, ada pula benda kesayangan yang
selalu dijamah bahkan hingga dicorat-coret oleh tangan-tangan usil yang sedang
tak ingin mendengarkan penjelasan gurunya, yaitu bangku dan meja-meja kelas
sebagai saksi bisu ukiran nama pasangan muda yang entah kapan akan nikahnya.
Aku tersenyum, perlahan menggoreskan
lekukan pada kedua pipiku yang mulai memerah. Rasanya sedikit lagi semua
anganku tadi akan menjadi nyata.
Kita semua tau berapa lama lagi waktu
yang disediakan Tuhan untuk kita habiskan bersama-sama, tak lagi lama.
0 comments: