Kepada Hujan
Hujan, terima kasih telah menemani malamku kali ini. Suara rintik air diluar sana mengantarkan detik demi detik waktuku yang berlalu. Berlalu sendirian.Hujan, aku ingin bercerita padamu. Sudah sangat lama aku mengabaikanmu, padahal dulu aku bisa sangat mendengarkan dan memperhatikan kehadiranmu dengan syahdu. Memeluk guling, memejamkan mata, namun tetap terjaga. Apa mungkin akhir-akhir ini aku terlalu sibuk? Ah, tidak, mungkin lebih tepatnya terlalu menyibukkan diri. Begitukah?
Hujan, ajarkan aku untuk selalu ikhlas sepertimu. Ajarkan aku untuk tetap tabah sepertimu. Tak pernah bertanya mengapa, tak menyalahkan siapa-siapa ketika dirimu terhempas jatuh dari langit yang tinggi dan mendarat di tanah yang kotor. Bahkan kamu tetap menjadikan dirimu berharga, walau tak lagi ada di langit nan jauh diatas sana. Dirimu meresap, berjalan menembus tanah-tanah itu, berguna bagi tumbuhan yang kehausan.
Maafkan aku. Jika sudah sangat lama aku tak memperhatikan bagaimana kondisi kesehatanku sendiri. Maafkan aku yang tidak terlalu sayang dengan tubuhku ini. Maafkan aku yang selalu ingin banyak hal. Maafkan aku. Maafkan aku.
Hujan, ajarkan aku. Ingatkan aku, bahwa kita hidup tak pernah selalu diatas. Tak akan abadi berada di langit, namun sesekali akan jatuh juga jika memang roda kehidupan memang sudah saatnya harus berputar. Bersyukur maka nikmat itu akan bertambah. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
0 comments: