DI ATAS PERBEDAAN KITA MENGUKIR CINTA BERDUA
DI ATAS PERBEDAAN KITA MENGUKIR CINTA
BERDUA
Karya : Niluh Ayu Mutiara Ariyanti
(Cerita
Fiksi, Bukan Dari Kehidupan Nyata)
Bagaimana mungkin kamu bisa
mengatasnamakan cinta dan meletakkannya di atas perbedaan kita yang sangat
mendasar dan sama sekali tidak dapat di tolelir? Dan bagaimana pula aku dapat
menerima sinyal-sinyal itu dan melambungkannya di antara iman kita yang
berbeda? Sesungguhnya aku benar-benar tidak mengerti. Saat perbedaan justru
yang membuat kita lebih memahami arti saling mengerti dan menyayangi. Saat
perbedaan kepercayaan yang menjadikan kita lebih memilih berjalan berdua di
atas karpet merah berlambangkan hati yang menyatu.
Aku tidak ingin jatuh terlalu jauh.
Sama sekali tak boleh. Apalagi bersamamu, tentu saja. Aku rasa kamupun berpikir
hal demikian. Namun apa daya saat rasa itu menarik kita kian mendekat? Semakin erat hingga terasa tubuh ini
terborgol tak bergerak.
Aku harus mulai melangkahkan kaki tuk
menjauh pergi. Walau setiap inchi yang kulalui terasa begitu perih. Walau setiap
detik yang kuulur terlihat begitu sadis. Lalu rasa bahagia semu yang kucipta
kini mulai terlihat memilukan. Aku merasakan kosong dan kering kerontong. Aku
tak dapat merasakan semut-semut kecil yang nakal menggelitik dan menyengati tubuhku
seperti saat kita masih saling tatap dan menyapa. Apa ini? Kenapa rasanya
seperti ini? Menyedihkan sekali!
Antara pikiran dan hatiku kini
semakin tak dapat kusamakan. Otak ini berkata, jangan! namun hatiku
menjerit-jerit minta diiyakan. Mereka berbeda! Pola pikir dan perasaan yang
tercipta begitu saja tak mau melebur bersama-sama. Mereka membingungkan!
Padahal sama-sama ada dan terletak didalam tubuh yang sama pula. Lalu bagaimana
aku satukan mereka yang jelas-jelas berbeda? Yah, nampaknya hati dan pikiranku
sendiri justru jauh lebih egois dibandingkan kita yang walau berbeda namun
masih lebih mudah tuk menemui titik temu. Saat indahnya perbedaan dapat dengan
mudah dijadikan satu dan lalu semua melebur bersama-sama.
Hidupkan saja semua mimpi yang telah
terangkai. Saat kita sibuk wujudkan mereka, waktu juga sedang sibuk berlari tuk
habiskan massa nya. Terus saja seperti ini, aku mohon. Sampai dimana nanti Dia
yang kita sebut sebagai Tuhan kan izinkan semua terjadi, dan sampai nanti semua
harus ditakdirkan tuk berhenti.
Lemah gemulai angin bermain anak-anak
rambut kita. Pelan, berkas-berkas cahaya matahari menyusup diantaranya. Kita masih berpijak bersama, memandang
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, menikmati sisa waktu yang entah kita berduapun tak
tau sampai kapan ini kan berlalu. Empat mata saja, saling beradu pandang. Tak
berucap. Namun tersirat jelas bahwa kita tak ingin ini berakhir. Lalu dalam
diam kita berbicara bersama ”Di atas perbedaan kita mengukir cinta berdua”.
-TAMAT-
0 comments: