Surat Untuk Bidadariku yang Berhati Mulia

7:40 PM Niluh Ayu Mutiara Ariyanti 0 Comments

Dear mama, yang bagiku masih tetap cantik hati dan parasnya…


 Ma coba lihat aku sekarang, gadis kecilmu dulu. Aku sekarang sudah mulai beranjak remaja. Aku sekarang sudah berseragam putih abu-abu. Aku tidak lagi kecil seperti dulu. Aku tidak lagi bagai katak di dalam tempurung.

Ma, kenapa dunia begitu jahat? Saat aku bersama mama dan papa dunia tak terlalu mengekangku. Waktu masih memanjakanku dan masih mau ku ajak bermain. Tetapi setelah aku tak lagi bersama mama dan papa dunia kini berubah total. Dia seperti bermuka dua ma! Dia tak lagi baik seperti dulu. Ma, dunia kini mulai menunjukkan kekuatannya padaku. Dunia kini semakin jahat dengan segala problematika yang ada. Waktu kini tak lagi ingin bermain. Dia justru selalu mengejarku untuk melakukan segala hal yang lebih rumit dalam frekuensi banyak dan rasanya hanya ada sedikit waktu untuk beristirahat.

Ma aku sadar bahwa semakin besar diriku maka semakin banyak tantangan hidup yang akan aku hadapi. Aku tau doa mama dan papa akan selalu menyertai aku untuk menapakkan kaki di luar sini.

Terkadang aku rindu dengan rumah kita. Aku rindu berlindung dibalik mama dan papa saat aku mendapat masalah, seperti saat aku masih berseragam merah putih. Aku rindu menangis dipelukan mama, merangkul mama, memeluk dan mencium pipi mama. Aku rindu saat mama mengatakan “semua akan baik-baik saja” dan lalu membelai rambut dan mencium keningku, secara langsung.

Ma, aku sekarang jauh.. jauh sekali ma. Aku kini tak lagi hidup dan menghabiskan wkatu bersama keluarga kita. Saat aku membuka mata hingga tertidur kembali bukan mama ataupun papa serta kedua adikku yang aku temui. Aku selalu melihat orang lain yang berputar-putar dalam siklus hidupku sehari-hari. Orang lain yang sama sekali tak ada hubungan darah dengan diriku.

Ma aku takut. Sedikit lagi insyaallah aku akan menamatkan sekolahku di sini. Aku tidak lagi hidup di asrama, aku pergi ma. Tapi bagaimana jika selanjutnya aku melanjutkan pendidikanku lebih jauh daripada jarak kita sekarang? Bagaimana jika dunia semakin menjadi-jadi? Bagaimana jika dunia di luar sana memusuhiku? Permasalahan yang akan aku hadapi nanti tak akan lagi sama. Segala perkataan akan selalu dimintai pertanggung jawaban.

Ma aku kangen mama. Aku kangen masa kecilku yang dulu. Aku kangen tertidur dipangkuan mama. Aku kangen dibangunkan di pagi hari, dibuatkan segelas susu hangat, disiapkan baju sekolahnya, di antar sekolah, danberbagai hal yang sering mama lakukan untukku dulu. Aku kangen saat mama membacakan pelajaran yang akan aku ujiankan dikesokan harinya seperti dulu. Aku kangen saat mama rela begadang bersamaku dan menemaniku belajar hingga kita tertidur bersama-sama seperti dulu.

Jika sekarang kita ulangi hal seperti itu bolehkan ma? Tapi tidakkah itu sangat lucu? Bahkan jika benar-benar terjadi aku rasa tak akan sama, dan lagi, waktu tak akan memberikan kesempatan. Waktu akan tertawa terbahak-bahak dan berkata “tidak kah kamu sadar bahwa kamu sudah besar? Mau bertingkah seperti itu sampai kapan?”

Benar saja ma, terkadang tidak semua hal mampu kita ulangi, walaupun hanya berupa hal-hal kecil saja. Iya mungkin bisa, tapi tidak akan lagi sama. Aku merindukan semuanya. Semua tentang keluarga kecil kita. Aku ingin lebih banyak waktu yang kita habiskan bersama, lebih banyak! Sebelum aku menjadi “benar-benar” dewasa. Sebelum waktu memaksaku untuk hidup sendirian di dunia yang jahat ini. Sebelum semua berubah total.


With Love,


Anak gadismu yang sedang beranjak dewasa.

You Might Also Like

0 comments: