Surat Untuk Bidadariku yang Berhati Mulia
Dear mama, yang
bagiku masih tetap cantik hati dan parasnya…
Ma coba lihat aku sekarang, gadis kecilmu
dulu. Aku sekarang sudah mulai beranjak remaja. Aku sekarang sudah berseragam
putih abu-abu. Aku tidak lagi kecil seperti dulu. Aku tidak lagi bagai katak di
dalam tempurung.
Ma, kenapa dunia
begitu jahat? Saat aku bersama mama dan papa dunia tak terlalu mengekangku.
Waktu masih memanjakanku dan masih mau ku ajak bermain. Tetapi setelah aku tak
lagi bersama mama dan papa dunia kini berubah total. Dia seperti bermuka dua
ma! Dia tak lagi baik seperti dulu. Ma, dunia kini mulai menunjukkan
kekuatannya padaku. Dunia kini semakin jahat dengan segala problematika yang
ada. Waktu kini tak lagi ingin bermain. Dia justru selalu mengejarku untuk
melakukan segala hal yang lebih rumit dalam frekuensi banyak dan rasanya hanya
ada sedikit waktu untuk beristirahat.
Ma aku sadar
bahwa semakin besar diriku maka semakin banyak tantangan hidup yang akan aku
hadapi. Aku tau doa mama dan papa akan selalu menyertai aku untuk menapakkan
kaki di luar sini.
Terkadang aku
rindu dengan rumah kita. Aku rindu berlindung dibalik mama dan papa saat aku
mendapat masalah, seperti saat aku masih berseragam merah putih. Aku rindu
menangis dipelukan mama, merangkul mama, memeluk dan mencium pipi mama. Aku
rindu saat mama mengatakan “semua akan baik-baik saja” dan lalu membelai rambut
dan mencium keningku, secara langsung.
Ma, aku sekarang
jauh.. jauh sekali ma. Aku kini tak lagi hidup dan menghabiskan wkatu bersama
keluarga kita. Saat aku membuka mata hingga tertidur kembali bukan mama ataupun
papa serta kedua adikku yang aku temui. Aku selalu melihat orang lain yang
berputar-putar dalam siklus hidupku sehari-hari. Orang lain yang sama sekali
tak ada hubungan darah dengan diriku.
Ma aku takut.
Sedikit lagi insyaallah aku akan menamatkan sekolahku di sini. Aku tidak lagi
hidup di asrama, aku pergi ma. Tapi bagaimana jika selanjutnya aku melanjutkan
pendidikanku lebih jauh daripada jarak kita sekarang? Bagaimana jika dunia semakin
menjadi-jadi? Bagaimana jika dunia di luar sana memusuhiku? Permasalahan yang
akan aku hadapi nanti tak akan lagi sama. Segala perkataan akan selalu dimintai
pertanggung jawaban.
Ma aku kangen
mama. Aku kangen masa kecilku yang dulu. Aku kangen tertidur dipangkuan mama.
Aku kangen dibangunkan di pagi hari, dibuatkan segelas susu hangat, disiapkan
baju sekolahnya, di antar sekolah, danberbagai hal yang sering mama lakukan
untukku dulu. Aku kangen saat mama membacakan pelajaran yang akan aku ujiankan
dikesokan harinya seperti dulu. Aku kangen saat mama rela begadang bersamaku
dan menemaniku belajar hingga kita tertidur bersama-sama seperti dulu.
Jika sekarang
kita ulangi hal seperti itu bolehkan ma? Tapi tidakkah itu sangat lucu? Bahkan
jika benar-benar terjadi aku rasa tak akan sama, dan lagi, waktu tak akan
memberikan kesempatan. Waktu akan tertawa terbahak-bahak dan berkata “tidak kah
kamu sadar bahwa kamu sudah besar? Mau bertingkah seperti itu sampai kapan?”
Benar saja ma,
terkadang tidak semua hal mampu kita ulangi, walaupun hanya berupa hal-hal
kecil saja. Iya mungkin bisa, tapi tidak akan lagi sama. Aku merindukan
semuanya. Semua tentang keluarga kecil kita. Aku ingin lebih banyak waktu yang
kita habiskan bersama, lebih banyak! Sebelum aku menjadi “benar-benar” dewasa.
Sebelum waktu memaksaku untuk hidup sendirian di dunia yang jahat ini. Sebelum
semua berubah total.
With Love,
Anak gadismu yang sedang beranjak
dewasa.
0 comments: