KARENA MENUNGGU ADALAH KEAHLIANKU
Hatiku selalu
bahagia saat aku mampu berada didekatmu. Aroma parfum yang selalu setia
menciumi setiap inchi tubuhmu bahkan masih mampu aku rasakan. Setiap cerita dan
kisah yang terlewati masih mampu aku lihat dengan jelas dalam memory pikiranku.
Otakku masih mampu mengingat kalimat demi kalimat istimewa dari kamu. Setiap
sudut sekolah memang tetap saja membisu. Ah tapi sejujurnya membisu dalam
kesaksian cinta masa SMA yang pernah kita rajut bersama. Kamu dengan segala tingkah
aneh dapat aku terima. Aku tak mampu membohongi diriku tentang perasaan ini.
Jangan tatap mataku! Jangan! Tatapanmu terlalu dalam, aku tak mampu. Aku tak
pernah berbohong atas apapun, setidaknya semua itu terpancar dari jendela hati
ini bukan? Aku selalu mengingat saat kamu masih di sini. Kelas dan tingkatan
kita memang berbeda. Aku bahkan tak pernah menyangka bisa mendapatkan orang
seperti kamu. Terpaut tiga tahun memang
cukup jauh, walau tak sejauh jarak Surabaya-Jayapura seperti yang sedang kita
hadapi sekarang.
Awalnya memang
berat, berat sekali melepaskan kamu pergi demi kelulusanmu, demi masa depanmu.
Kali ini aku tak mau egois. Karena memang tak seharusnya seperti itu. Aku
belajar banyak dari kamu. Walaupun waktu mempertemukan kita hanya sebentar,
namun bukan sekejap. Aku ingin menjadi dewasa, bukan lagi gadis cengeng yang
tak mau melepaskan seseorang pergi seperti “dulu”, walaupun aku belum mampu
untuk benar-benar menjadi seperti itu, setidaknya aku sedang berusaha. Lantas
aku ingin di saat kita bertemu nanti kamu bisa melihat aku menjadi sosok yang
lain. Aku tak ingin merubah diriku menjadi orang lain, hanya sikapku saja. Aku
ingin lebih dewasa, semoga bisa.
Tanggal 21
April kamu pergi bukan? Yah, aku ingat tanggalnya. Aku masih ingat detail kenangan
berharga itu. Malam sebelum kepergianmu kita duduk bersama di lapangan basket.
Hanya beratapkan langit hitam yang bertabur ribuan bintang. Malam itu, bintang
memang benar-benar indah dan cerah. Aku memang suka melihat bintang, sungguh.
Ternyata kamu demikian. Bintang adalah benda angkasa yang paling aku gemari
ketimbang teman-temanya, matahari dan bulan. Kamu menemaniku, disela-sela waktu
bimbel malam yang menyebalkan. Udara dingin membuatku mengantuk dan beberapa
kali menguap. Dia masuk menembus kulit tipisku. Namun aku tak mau terjatuh
dalam mimpi serta melewati malam ini. Setidaknya aku tak sedang bermimpi duduk
melihat bintang bersama orang yang aku sayang bukan?
Tuhan
jangan percepat waktu kami. Malam ini, aku ingin waktu terus berhenti, jangan bergerak!
Jangan merangkak pasti! Aku tak ingin menunggu esok pagi tiba. Esok pagi saat
dirimu telah pergi dari SMA. Esok pagi saat aku temui kosong dan hampa pada
setiap sudut sekolah. Aku tidak mau! walau aku tetap harus menurut.
Kali
ini tidak lagi. Tidak apa, aku harus pahami kondisinya saat ini. Ya Tuhan aku
hanya berharap. Secerca harapan yang lebih dewasa. Bukan waktu yang akan
berhenti, teruslah ia berjalan bersama
dengan egonya. Biarkan waktu tetap berputar pada porosnya seperti bumi berputar
mengelilingi matahari selama 365 hari.
Suatu
saat nanti kita tetap akan bertemu bukan? Aku percaya. Semua akan indah pada
waktunya. Kita sebagai makhluk kecil yang diciptakan Tuhan hanya mampu menunggu
dalam sabar, diam merejam dalam gelisah keegoisan penantian. Karena Tuhan tau
yang terbaik bagi umatnya. Karena Allah memiliki rencana yang lain untuk kita.
Bahkan walaupun kita hanya dipertemukan dalam waktu yang singkat dan lalu
kembali dipisahkan. Akan ada cerita baru yang lebih indah. Kita hanya butuh
bersabar. Seperti katamu, “Karena menunggu adalah keahlianku”.
0 comments: