SEMU, PALSU, BEKU
NILUH AYU MUTIARA ARIYANTI
17 February 2014
Hallo yang di sana. Kamu bukan
manekin kan? Yang gak punya hati dan gak berperasaan. Apalagi untuk dikatakan
sama dengan cadaver, jelas beda karena kamu bernyawa. Tapi kok gak pernah peka?
Mau kode ini itu kok rasanya sama aja? Atau mungkin karena jalan pikiran kita
yang berbeda? Apa karena kamu yang terlalu brilian? Tak pernah sempat atau sudi
untuk sekedar menyempatkan waktu melihat sekitar karena sudah disibukkan dengan
segala macam buku pelajaran?
Tapi bisakah aku meminjam sedikit
kejeniusan yang kamu punya? Sedikit saja, sebab ada yang tidak aku paham.
Jelaskan aku, jelaskan saja secara sederhana mengapa kamu selalu hadir dalam
mimpiku? Sekali dua kali mungkin masih bisa aku mengerti. Tetapi ini? Entah
sudah yang keberapa kali hal yang sama terjadi. Padahal tidak, aku tidak sedang
memikirkanmu menjelang tidur. Tidak seperti itu.
Mengapa alam bawah sadarku
memaksaku memikirkan tentangmu? Padahal aku tidak mau, karena aku sedang
menjaga sesuatu yang sudah seharusnya aku jaga semampuku. Kamu tau apa itu? Aku
sedang menjaga hatiku. Iya, menjaga hatiku agar tidak tersakiti lagi. Membiarkan
luka lama pelan-pelan terobati sendiri. Bukan justru semakin melebar dan tak
kunjung sembuh seperti ini. Sadar atau tidak, selama ini caramu yang selalu
acuh dan memilih bungkam pelan-pelan berhasil menyayat hatiku. Perih sekali.
Kamu tidak tau kan?
Kamu kok tega ya. Membiarkan aku
merasakan kebahagiaan semu, jatuh cinta yang ternyata palsu, tersesat dalam hati
yang beku. Atau mungkin ini justru kesalahanku? Yang sudi menunggu dan
meraba-raba segala hal abu-abu, berharap yang seperti ini hanya sementara
karena pelangi sedang menunggu diakhir segalanya?
Terkadang kekuatan sebuah harapan
itu besarnya luar biasa. Tetapi sayangnya kenyataan yang ada didepan mata
seringkali menampar lebih dahulu, sangat keras hingga tak lagi sempat berharap
yang lainnya. Jelaslah sekarang, aku seperti itu. Tak ingin lagi
berangan-angan. Tak ingin lagi tersakiti lebih dalam. Tak ingin lagi tenggelam
dalam sejuta harapan yang berakhir menyedihkan, menyesatkan, menyakitkan, dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Maka inilah aku, yang lebih berhati-hati dalam
menjatuhkan hati, yang tidak ingin gegabah dalam mencintai, yang akan selalu menjaga
hati, agar tidak lagi tersakiti.
0 comments: